Rabu, 27 Maret 2013

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM



A. Filsafat Ketuhanan Dalam Islam.
   Manusia dapat mempersaksikan alam ini dalam segala sifat perilakunya dengan akal dan panca indranya. Ada kebesaran dan ada keajaiban dan keindahan dan ada perubahan – perubahan tetap yang terjadi di alam ini. Perasaan yang pertama muncul dalam diri manusia bahwa ada yang menguasai alam ini. Dia mengatur dan menyusun perjalanannya. Dia yang menjadikan segalanya. Kesan inilah yang muncul ketika akal mulai berproses, bahwa ada sesuatu kekuatan tersembunyi dibalik semua yang tampak, tetapi tidak dapat di tunjukkan subtansinya, Dialah Tuhan.
Perkataan illah, yang sering di terjemahkan ‘Tuhan’ dalam Al-Qur’an dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang di besarkan atau di pentingkan manusia. Perkataan illah dalam al-Qur’an juga dipakai dalam bentuk tunggal (jamak: aalihatun). Tuhan(illah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia, sehingga manusia merelakan dirinya di kuasai olehNya.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-illah sebagai berikut : Al-illah ialah : yang di puja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri di hadapannya, takut dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a dan bertawakal kepadanya untuk kemashalatan diri, meminta perlindungan daripadanya, dan menimbulkan ketenangan disaat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya.
Definisi tentang Tuhan tersebut memberikan pemahaman bahwa pada Tuhan itu dapat berupa apa saja yang berkuasa memberikan, mengabulkan atau yang berkuasa mendatangkan malapetaka dan ujian dalam kehidupan manusia atau segala apapun yang terjadi dalam kehidupan dunia atau sesudah kehidupan dunia ini.

1. Sejarah Pemikiran Tentang Tuhan
Musa Asyari menggambarkan perkembangan fikiran manusia tentang Tuhan sebagai berikut : Awalnya konsepsi manusia tentang Tuhan masih bersifat kebendaan, yang berasumsi bahwa Tuhan difahami sebagai asal – usul kejadian semua yang ada. Seperti yang dirumuskankan oleh para filosofi yunani pra Socrates (yakni Thales, Anaximenes, Anaximandros) yang berpandangan monistis, mengangap kosmos di dasari oleh satu prinsip atau azas.
Pada perkembangan berikutnya, ketika manusia sampai tingkat peradaban tinggi dengan membangun simbol – simbol yang merefleksikan kekuatan, kekayaan keesaan, konsep Tuhan atau yang diperlukan adalah bentuk simbolisasi benda – benda hasil sendiri seperti patung –patung dan berhala.
Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang hanya di dasarkan atas pengamatan dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak pernah benar. Sebab Tuhan adalah sesuatu yang gaib, tidak terjangkau oleh panca indra manusia, sehingga informasi tentang Tuhan yang hanya berasal manusia tidak akan terjangkau pada titik yang benar, informasi yang pasti benar tentang Tuhan adalah yang berasal dari Tuhan itu sendiri yaitu informasi yang dibawa oleh orang dipilih oleh Tuhan (Rasul) untuk menyampaikan kepada manusia tentang bahwa Dia adalah Tuhan yang sebenar benar nya. Informasi tersebut ada dalam kitab suci yang dibawa oleh orang yang dipercaya oleh Tuhan untuk menyampaikan informasi kepada manusia tentang siapa Dia itu dan bagaimana Dia ada dan bagaimana hubungan Dia dengan segala yang ada ini. Dalam kitab suci sebelum Al-Qur’an dan dalam Al-Qur’an sangat banyak informasi yang mengandung kebenaran yang pasti tentang keberadaan Tuhan tersebut, seperti terlihat dalam ayat – ayat berikut : “sesungguhnya agama yang di turunkan Allah hanyalah satu yakni agama tauhid (Q.S;21:29).Dialah yang awal dan Dialah yang akhir Dialah yang nyata(adanya) dan Dialah yang bersembunyi (ghaib) dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (Q.S;Al-Hadid,3)”. Kedua ayat itu menginformasikan pada semua orang bahwa Dia Tuhan itu ada dan keberadaanNya ghaib namun dapat dibuktikan dengan adanya segala sesuatu yang nyata (alam nyata).
Jika terjadi perbedaan – perbedaan ajaran tentang ketuhanan diantara agama yang ada sesuai tuntutan nafsunya.
                       
2. Bukti – bukti Adanya Tuhan
Sangat banyak argumentasi tentang kepastian adanya Tuhan(ALLAH) diantaranya adalah :
a.       Keberadaan Alam.
Alam adalah segala sesuatu selain Tuhan, keberadaannya karena diciptakan, dan alam tersebut mengalami perubahan dan akan lenyap. Tuhan adalah zat yang Maha ada, keberadaanv nya tidak terjangkau oleh indra manusia. Dia bersifat ghaib, Dia berbeda dari segala yang ada Dia tidak berubah dan tidak akan lenyap, keberadaan zat Nya tidak dapat di rasionalkan karena keterbatasan fikiran manusia. Manusiapun tidak bisa mengetahui hakihat rohnya sendiri. Demikian lah uniknya zat tuhan tersebut, maka keberadaanNya harus diyakini dengan iman dalam hati. Untuk membuktikan keberadaan Tuhan hanya melalui pengamatan terhadap adanya alan nyata ini.
Untuk membuktikan tuhan ada manusia harus melihat kepada dirinya sendiri sehingga denga memperhatikan diri sendiri manusia dapat membuktikan Tuhan itu ada. Ada ungkapan mengatakan : Barang siapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya. Manusia itu adalah unsur dari alam, adanya alam dimulai dengan tidak ada dan akan diakhir oleh tidak ada,alam tidak bersifat azali,sedangkan adanya Tuhan tidak dimulai dengan tidak ada dan di akhiri oleh tidak ada kerena Dia bersifat berdiri sendiri Dia tidak membutuhkan yang lain dari diri Nya, Hal ini berartikan diri sendiri atau alam (manusia itu alam) akan terbukti Tuhan itu ada.
b.      Argumen Hukum Akal.
Menurut analisa para teolog islam, hukum akal itu ada tiga, pertama Wajib,hal ini di analogikan bahwa alam ini telah ada maka wajib (pasti) ada Tuhan yang mengadakannya.Allah itu mempunyai sifat wajib,(sifat yang pasti ada padaNya)seperti sifat wujud,qidam,baqa dan seterusnya sampai sifat kalam. Artinya Allah itu wajib wujud dengan sendirinya, pasti kekal, dan seterusnya. Maka keberadaan alam pasti ada yang mengadakannya. Kedua Mustahil, kata mustahil diartikan sesuatu atau hal yang tidak akan pernah terjadi wujudnya atau sesuatu yang tidak akan terjadi peristiwanya.
Allah itu mempunyai sifat mustahil yaitu lawan dari semua sifat wajibNya.semua sifat mustahil tidak akan pernah terjadi terhadap Allah,dari penjelasan itu dapat dianalogikan bahwa alam ini ada telah nyata adanya mustahil tidak ada Tuhan yang menciptakannya,artinya tidak akan pernah terjadi Tuhan itu tidak ada. Ketiga, mungkin, kata mungkin ini artinya adalah : sesuatu yang boleh jadi terjadi adanya dan boleh jadi tidak terjadi adanya. Hal ini dapat pula di analogikan bahwa adanya alam tidak mungkin tidak ada yang mengadakan atau lebih tegas lagi alam ada tidak mungkin tidak ada penciptanya.

c.       Pendekatan Fisika.
Hukum ini terkenal dengan hukum keterbatasan energi, atau teori pembatasan, perubahan energi panas membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat azali. Seandainya alam ini azali, maka sejak dahulu alam sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tentu tidak akan ada lagi keindahan di alam ini. Oleh karena itu pasti ada yang menciptakan alam ini.

B. Keimanan Dan Ketaqwaan.
1. Pengertian Iman.
Kata iman berasal dari kata kerja amina,yakmanu amanan yang berarti percaya. Iman yang berarti percaya menunjukkan sikap batin yang terletak dalam hati.
Aqidah islam dalam Al-Qur’an disebut dengan iman. Ia bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim, untuk berprilaku. Karena itu lapangan iman sangat luas bahkan mencangkup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh. karena itu iman di definisikan : di ucapkan dengan lidah, dibenarkan dengan hati dan dilaksanakan dengan anggota badan. Iman dalam arti percaya yaitu sikap mental atau jiwa yang mempercayai bahwa sesuatu itu benar jika dikaitkan dengan islam, berarti sikap mental dari seorang muslim yang mempercayai pokok kepercayaan diatas dan menerima hal – hal itu sebagai kebenaran yang tidak bias diragukan. Aqidah dengan demikian adalah iman, kepercayaan dan keyakinan sungguh – sungguh dan murni yang tidak dicampuri oleh rasa ragu – ragu, sehingga kepercayaan dan keyakinan itu mengikat seorang di dalam segala tidak tanduknya, sikap dan perilaku. Makin kuat aqidahnya, makin luas kebebasannya. Dengan demikian iman adalah keyakinan dalam batin manusia terhadap adanya sesuatu zat yang Maha ghaib keyakinan mana mendorong orang bersangkutan untuk berprilaku sesuai dengan kehendak yang diyakini.

2. Proses Terbentuknya Iman.
Allah melengkapi manusia dengan kemampuan membedakan kedua jalan yang berbeda. Oleh karena itu tidak bisa dan tidak perlu ada pemaksaan dalam mengikuti jalan hidup yang mau dipilih. Fitrah itu mempunyai banyak arti antara lain :
a.       Fitrah mengakui keEsaan Allah. Manusia lahir membawa potensi untuk mengesakan tuhan dan berusaha terus menerus untuk mencari dan mencapai tersebut.
b.      Fitrah berarti perasaan yang tulus (ikhlash). Manusia lahir dengan membawa sifat baik.
c.              Fitrah berarti sifat – sifat Allah yang ditiupkan kepada setiap manusia sebelum dilahirkan. Bentuknya adalah asmaul husna yang berjumlah 99 nama. Tugas manusia mengaktualisasikan fitrah asmaul husna itu sebaik – baiknya dengan cara menginternalisasikaan sifat itu kedalam kepribadiannya.meskipun daya fitrah manusia terbatas dan tidak akan mampu menyamai asmaul husna, namun dia harus tetap berusaha untuk memcapai kesempurnaan.(Jamal Sysrif Iberani dkk.2003.32-33).
Begitulah keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sudah terbentuk pada saat manusia dilahirkan kedunia. Berkembang tidaknya, fitrah keimanan tersebut tergantung pada pendidikan, pengalaman dan pemahaman agama setiap manusia. Hadist nabi yang di riwayatkan oleh Muslim menyatakan bahwa setiap manusia itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, atau Nasrani atau Majusi.

3. Tanda – tanda Orang Beriman.
Al-Qur’an menjelaskan tanda – tanda orang yang beriman sebagai berikut :
a.       Jika disebut nama Allah maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat Al-Qur’an, maka bergelojak hatinya untuk segera melaksanakannya (an-anfal;2)
b.      Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, di iringi dengan do’a, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut sunnah Rasul (Ali-Imran: 120, al-maidah:12, al-anfal; 2, at-Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Taghabun: 13).
c.       Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-anfal:3, dan al-mu’minun:2,7).
d.      Menafkahkan rezeki yang diterimanya (al-Anfal:3 dan al-Mu’minun:4). Hal ini dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan dijalan Allah merupakan upaya pemeratan ekonomi.
e.       Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-Mu’minun: 3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah berstandar ilmu Allah, yaitu al-Qur’an Sunnah Rasulullah.
f.       Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mu’minun,6). Seorang mu’min tidak akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanh dan menepati janji
g.      Berjihad dijalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74).
h.      Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-nur: 62 ). Sikap seperti itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin orang yang berpegangan dengan ajaran Allah dan Sunnah Rasul.


4. Keimanan dan Ketaqwaan .
Ketaqwaan adalah mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Keimanan dan ketaqwaan tidak bisa dipisahkan. Keimanan dan ketaqwaan pada hakikatnya saling memerlukan. Artinya keimanan diperlukan diperlukan oleh manusia supaya Allah dapat menerima ketaqwaannya. Setiap amalan/pekerjaan yang baik tidak akan diterima Allah tanpa didasarkan kepada iman. Semua bentuk ketaqwaan, seperti shalat, puasa, zakat dan haji merupakan bagian dari kesempurnaan iman seseorang. Iman dan amal dan kosong iman seseorang kalau tanpa amal shaleh yang menyertainya, yang secara kongkrit membuktikan bahwa ada iman dalam hatinya.

5. Korelasi Iman dan Taqwa.
Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan zat, keesaan sifat, dan keesaan perbuatan Tuhan. Konseksuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu – satunya wujud mutlak, yang menjadikan sumber semua wujud.
Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat laa ilaaha illallah lebih menekankan pengertian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhidd ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah.
Seorang beriman yang melakukan kewajiban dan menjauhi larangan agama, maka maka dia adalah orang mukmin yang sempurna. Keimanan seseorang bisa tambah dan bisa pula berkurang tingkat kesempurnaannya. Iman adalah pondasi dasar seseorang hamba yang hendak membangun kesempurnaan taqwa dirinya. Iman yang kokoh akan menimbulkan keseimbangan dalam kehidupan seseorang dan akan memberikan suatu pegangan batin yang membuatnya lebih berani dan lebih mampu menghadapi tantangan hidup.
6. Implementasi Iman Dan Taqwa Dalam Kehidupan
a. Problema, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern.
Berbicara tentang masalah alam fikiran dan realitas hidup masyarakat, pergaulan dalam hidup selalu dipenuhi oleh konflik baik sesama orang islam dengan non-islam. Di bidang sosial banyak muncul masalah. Berbagai tindakan kriminal sering terjadi dan pelanggaran terhadap norma – norma bisa dilakukan oleh anggota masyarakat, dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan dalam menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.
b. Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern.
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.
·         Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda.
Orang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuatan Allah. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa – dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda – benda keramat, mengikis kepercayaan pada khufarat, takhayul, jampi – jampi dan sebagainya.
·         Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut.
Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian ditangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam Q.S ; 4 (al- Nisa’): 78:
Artinya : “dimana saja kamu berada, kematian akan mendapat kamu kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”
·         Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan.
Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan penghidupannya. Kadang – kadang manusia tidak segan – segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, dan memperbudak diri, karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah dalam Q.S; 11 (Hud) : 6: Artinya : “Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberikan rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata. (lauh mahfuzd)”
·         Iman memberikan ketentraman jiwa.
dekat dengan Allah dan rasa tawakal atau penyerahan diri kepada Allah serta iman kepada qodo dan qadar dapat meringankan pengaruh tekanan berat. Dalam keadaan seperti ini, orang yang beriman jika di timpa malapetaka, ia akan bersabar dan memohon rahmat kepada yang memberikan rahmat. Dengan demikian dia yakin bahwa Allah akan mengabulkan do’anya, meneguhkan hati serta memberikan ketenangan (Q.S; Al-Ra’du’28).
·         Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
Iman memberikan pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridhaan Allah. Orang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah di ikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah.
·         Iman mewujudkan kehidupan yang baik.
kehidupan yang baik ialah kehidupan yang selalu melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan baik. Dalam hal ini Allah berfirman “ barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki – laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami memberikan kepada mereka balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”(Q.S; 16:97)
·         Iman mencegah penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan, minum, berdiri, melihat, berfikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan, seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan peredaran darah, hal ini tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh, Dalam hal ini iman mampu mengatur dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku dan kehidupan manusia, ia bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan prolaku hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar