A.
Filsafat Ketuhanan Dalam Islam.
Manusia dapat mempersaksikan alam ini dalam segala sifat
perilakunya dengan akal dan panca indranya. Ada kebesaran dan ada keajaiban dan
keindahan dan ada perubahan – perubahan tetap yang terjadi di alam ini.
Perasaan yang pertama muncul dalam diri manusia bahwa ada yang menguasai alam
ini. Dia mengatur dan menyusun perjalanannya. Dia yang menjadikan segalanya.
Kesan inilah yang muncul ketika akal mulai berproses, bahwa ada sesuatu kekuatan
tersembunyi dibalik semua yang tampak, tetapi tidak dapat di tunjukkan
subtansinya, Dialah Tuhan.
Perkataan illah, yang sering di terjemahkan
‘Tuhan’ dalam Al-Qur’an dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang di
besarkan atau di pentingkan manusia. Perkataan illah dalam al-Qur’an juga dipakai dalam bentuk tunggal (jamak: aalihatun). Tuhan(illah) ialah sesuatu
yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia, sehingga manusia merelakan
dirinya di kuasai olehNya.
Ibnu Taimiyah
memberikan definisi al-illah sebagai
berikut : Al-illah ialah : yang di
puja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri di
hadapannya, takut dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada
dalam kesulitan, berdo’a dan bertawakal kepadanya untuk kemashalatan diri,
meminta perlindungan daripadanya, dan menimbulkan ketenangan disaat
mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya.
Definisi tentang Tuhan
tersebut memberikan pemahaman bahwa pada Tuhan itu dapat berupa apa saja yang
berkuasa memberikan, mengabulkan atau yang berkuasa mendatangkan malapetaka dan
ujian dalam kehidupan manusia atau segala apapun yang terjadi dalam kehidupan
dunia atau sesudah kehidupan dunia ini.
1.
Sejarah Pemikiran Tentang Tuhan
Musa Asyari
menggambarkan perkembangan fikiran manusia tentang Tuhan sebagai berikut :
Awalnya konsepsi manusia tentang Tuhan masih bersifat kebendaan, yang berasumsi
bahwa Tuhan difahami sebagai asal – usul kejadian semua yang ada. Seperti yang
dirumuskankan oleh para filosofi yunani pra Socrates (yakni Thales, Anaximenes,
Anaximandros) yang berpandangan monistis, mengangap kosmos di dasari oleh satu
prinsip atau azas.
Pada perkembangan
berikutnya, ketika manusia sampai tingkat peradaban tinggi dengan membangun
simbol – simbol yang merefleksikan kekuatan, kekayaan keesaan, konsep Tuhan
atau yang diperlukan adalah bentuk simbolisasi benda – benda hasil sendiri
seperti patung –patung dan berhala.
Pengkajian manusia
tentang Tuhan, yang hanya di dasarkan atas pengamatan dan pengalaman serta
pemikiran manusia, tidak pernah benar. Sebab Tuhan adalah sesuatu yang gaib,
tidak terjangkau oleh panca indra manusia, sehingga informasi tentang Tuhan
yang hanya berasal manusia tidak akan terjangkau pada titik yang benar,
informasi yang pasti benar tentang Tuhan adalah yang berasal dari Tuhan itu
sendiri yaitu informasi yang dibawa oleh orang dipilih oleh Tuhan (Rasul) untuk
menyampaikan kepada manusia tentang bahwa Dia adalah Tuhan yang sebenar benar
nya. Informasi tersebut ada dalam kitab suci yang dibawa oleh orang yang
dipercaya oleh Tuhan untuk menyampaikan informasi kepada manusia tentang siapa
Dia itu dan bagaimana Dia ada dan bagaimana hubungan Dia dengan segala yang ada
ini. Dalam kitab suci sebelum Al-Qur’an dan dalam Al-Qur’an sangat banyak
informasi yang mengandung kebenaran yang pasti tentang keberadaan Tuhan
tersebut, seperti terlihat dalam ayat – ayat berikut : “sesungguhnya agama yang di turunkan Allah hanyalah satu yakni agama
tauhid (Q.S;21:29).Dialah yang awal dan Dialah yang akhir Dialah yang
nyata(adanya) dan Dialah yang bersembunyi (ghaib) dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu (Q.S;Al-Hadid,3)”. Kedua ayat itu menginformasikan pada
semua orang bahwa Dia Tuhan itu ada dan keberadaanNya ghaib namun dapat
dibuktikan dengan adanya segala sesuatu yang nyata (alam nyata).
Jika terjadi perbedaan
– perbedaan ajaran tentang ketuhanan diantara agama yang ada sesuai tuntutan
nafsunya.
2.
Bukti – bukti Adanya Tuhan
Sangat banyak
argumentasi tentang kepastian adanya Tuhan(ALLAH) diantaranya adalah :
a. Keberadaan
Alam.
Alam adalah segala sesuatu selain Tuhan, keberadaannya
karena diciptakan, dan alam tersebut mengalami perubahan dan akan lenyap. Tuhan
adalah zat yang Maha ada, keberadaanv nya tidak terjangkau oleh indra manusia.
Dia bersifat ghaib, Dia berbeda dari segala yang ada Dia tidak berubah dan
tidak akan lenyap, keberadaan zat Nya tidak dapat di rasionalkan karena
keterbatasan fikiran manusia. Manusiapun tidak bisa mengetahui hakihat rohnya
sendiri. Demikian lah uniknya zat tuhan tersebut, maka keberadaanNya harus
diyakini dengan iman dalam hati. Untuk membuktikan keberadaan Tuhan hanya
melalui pengamatan terhadap adanya alan nyata ini.
Untuk membuktikan tuhan ada manusia harus melihat kepada
dirinya sendiri sehingga denga memperhatikan diri sendiri manusia dapat
membuktikan Tuhan itu ada. Ada ungkapan mengatakan : Barang siapa yang mengenal
dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya. Manusia itu adalah unsur dari alam,
adanya alam dimulai dengan tidak ada dan akan diakhir oleh tidak ada,alam tidak
bersifat azali,sedangkan adanya Tuhan tidak dimulai dengan tidak ada dan di
akhiri oleh tidak ada kerena Dia bersifat berdiri sendiri Dia tidak membutuhkan
yang lain dari diri Nya, Hal ini berartikan diri sendiri atau alam (manusia itu
alam) akan terbukti Tuhan itu ada.
b. Argumen
Hukum Akal.
Menurut analisa para teolog islam, hukum akal itu ada tiga,
pertama Wajib,hal ini di analogikan bahwa alam ini telah ada maka wajib (pasti)
ada Tuhan yang mengadakannya.Allah itu mempunyai sifat wajib,(sifat yang pasti
ada padaNya)seperti sifat wujud,qidam,baqa dan seterusnya sampai sifat kalam.
Artinya Allah itu wajib wujud dengan sendirinya, pasti kekal, dan seterusnya.
Maka keberadaan alam pasti ada yang mengadakannya. Kedua Mustahil, kata
mustahil diartikan sesuatu atau hal yang tidak akan pernah terjadi wujudnya
atau sesuatu yang tidak akan terjadi peristiwanya.
Allah itu mempunyai sifat mustahil yaitu lawan dari semua
sifat wajibNya.semua sifat mustahil tidak akan pernah terjadi terhadap
Allah,dari penjelasan itu dapat dianalogikan bahwa alam ini ada telah nyata
adanya mustahil tidak ada Tuhan yang menciptakannya,artinya tidak akan pernah
terjadi Tuhan itu tidak ada. Ketiga, mungkin, kata mungkin ini artinya adalah :
sesuatu yang boleh jadi terjadi adanya dan boleh jadi tidak terjadi adanya. Hal
ini dapat pula di analogikan bahwa adanya alam tidak mungkin tidak ada yang
mengadakan atau lebih tegas lagi alam ada tidak mungkin tidak ada penciptanya.
c. Pendekatan
Fisika.
Hukum ini terkenal dengan hukum keterbatasan energi, atau
teori pembatasan, perubahan energi panas membuktikan bahwa adanya alam tidak
mungkin bersifat azali. Seandainya alam ini azali, maka sejak dahulu alam sudah
kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tentu tidak akan ada
lagi keindahan di alam ini. Oleh karena itu pasti ada yang menciptakan alam
ini.
B. Keimanan Dan Ketaqwaan.
1. Pengertian Iman.
Kata iman berasal dari kata kerja amina,yakmanu amanan yang berarti percaya. Iman yang berarti
percaya menunjukkan sikap batin yang terletak dalam hati.
Aqidah islam dalam Al-Qur’an disebut dengan
iman. Ia bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong
seorang muslim, untuk berprilaku. Karena itu lapangan iman sangat luas bahkan
mencangkup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal
saleh. karena itu iman di definisikan : di ucapkan dengan lidah, dibenarkan
dengan hati dan dilaksanakan dengan anggota badan. Iman dalam arti percaya
yaitu sikap mental atau jiwa yang mempercayai bahwa sesuatu itu benar jika
dikaitkan dengan islam, berarti sikap mental dari seorang muslim yang
mempercayai pokok kepercayaan diatas dan menerima hal – hal itu sebagai
kebenaran yang tidak bias diragukan. Aqidah dengan demikian adalah iman,
kepercayaan dan keyakinan sungguh – sungguh dan murni yang tidak dicampuri oleh
rasa ragu – ragu, sehingga kepercayaan dan keyakinan itu mengikat seorang di
dalam segala tidak tanduknya, sikap dan perilaku. Makin kuat aqidahnya, makin
luas kebebasannya. Dengan demikian iman adalah keyakinan dalam batin manusia
terhadap adanya sesuatu zat yang Maha ghaib keyakinan mana mendorong orang
bersangkutan untuk berprilaku sesuai dengan kehendak yang diyakini.
2. Proses Terbentuknya Iman.
Allah melengkapi manusia dengan kemampuan
membedakan kedua jalan yang berbeda. Oleh karena itu tidak bisa dan tidak perlu
ada pemaksaan dalam mengikuti jalan hidup yang mau dipilih. Fitrah itu
mempunyai banyak arti antara lain :
a. Fitrah
mengakui keEsaan Allah. Manusia lahir membawa potensi untuk mengesakan tuhan
dan berusaha terus menerus untuk mencari dan mencapai tersebut.
b. Fitrah
berarti perasaan yang tulus (ikhlash). Manusia lahir dengan membawa sifat baik.
c.
Fitrah berarti sifat – sifat Allah yang
ditiupkan kepada setiap manusia sebelum dilahirkan. Bentuknya adalah asmaul husna yang berjumlah 99 nama. Tugas manusia
mengaktualisasikan fitrah asmaul husna itu
sebaik – baiknya dengan cara menginternalisasikaan sifat itu kedalam
kepribadiannya.meskipun daya fitrah manusia terbatas dan tidak akan mampu
menyamai asmaul husna, namun dia harus tetap berusaha untuk memcapai
kesempurnaan.(Jamal Sysrif Iberani dkk.2003.32-33).
Begitulah keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sudah
terbentuk pada saat manusia dilahirkan kedunia. Berkembang tidaknya, fitrah
keimanan tersebut tergantung pada pendidikan, pengalaman dan pemahaman agama
setiap manusia. Hadist nabi yang di riwayatkan oleh Muslim menyatakan bahwa
setiap manusia itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanyalah yang
menjadikan Yahudi, atau Nasrani atau Majusi.
3. Tanda – tanda Orang Beriman.
Al-Qur’an menjelaskan tanda – tanda orang
yang beriman sebagai berikut :
a. Jika
disebut nama Allah maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas
dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat Al-Qur’an, maka bergelojak
hatinya untuk segera melaksanakannya (an-anfal;2)
b. Senantiasa
tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, di iringi dengan
do’a, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut sunnah Rasul
(Ali-Imran: 120, al-maidah:12, al-anfal; 2, at-Taubah: 52, Ibrahim: 11,
Mujadalah: 10, dan at-Taghabun: 13).
c. Tertib
dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-anfal:3, dan
al-mu’minun:2,7).
d. Menafkahkan
rezeki yang diterimanya (al-Anfal:3 dan al-Mu’minun:4). Hal ini dilakukan
sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan dijalan Allah merupakan
upaya pemeratan ekonomi.
e. Menghindari
perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-Mu’minun: 3,5).
Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah berstandar ilmu Allah, yaitu
al-Qur’an Sunnah Rasulullah.
f. Memelihara
amanah dan menepati janji (al-Mu’minun,6). Seorang mu’min tidak akan berkhianat
dan dia akan selalu memegang amanh dan menepati janji
g. Berjihad
dijalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74).
h. Tidak
meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-nur: 62 ). Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin orang yang berpegangan dengan
ajaran Allah dan Sunnah Rasul.
4. Keimanan dan Ketaqwaan .
Ketaqwaan adalah mengerjakan segala
perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Keimanan dan ketaqwaan tidak
bisa dipisahkan. Keimanan dan ketaqwaan pada hakikatnya saling memerlukan.
Artinya keimanan diperlukan diperlukan oleh manusia supaya Allah dapat menerima
ketaqwaannya. Setiap amalan/pekerjaan yang baik tidak akan diterima Allah tanpa
didasarkan kepada iman. Semua bentuk ketaqwaan, seperti shalat, puasa, zakat
dan haji merupakan bagian dari kesempurnaan iman seseorang. Iman dan amal dan
kosong iman seseorang kalau tanpa amal shaleh yang menyertainya, yang secara
kongkrit membuktikan bahwa ada iman dalam hatinya.
5. Korelasi Iman dan Taqwa.
Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal
dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid
praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan zat,
keesaan sifat, dan keesaan perbuatan Tuhan. Konseksuensi logis tauhid teoritis
adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu – satunya wujud mutlak,
yang menjadikan sumber semua wujud.
Tauhid praktis merupakan terapan dari
tauhid teoritis. Kalimat laa ilaaha illallah lebih
menekankan pengertian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhidd ibadah adalah
ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain
Allah.
Seorang beriman yang melakukan kewajiban
dan menjauhi larangan agama, maka maka dia adalah orang mukmin yang sempurna.
Keimanan seseorang bisa tambah dan bisa pula berkurang tingkat kesempurnaannya.
Iman adalah pondasi dasar seseorang hamba yang hendak membangun kesempurnaan
taqwa dirinya. Iman yang kokoh akan menimbulkan keseimbangan dalam kehidupan
seseorang dan akan memberikan suatu pegangan batin yang membuatnya lebih berani
dan lebih mampu menghadapi tantangan hidup.
6. Implementasi Iman
Dan Taqwa Dalam Kehidupan
a. Problema, Tantangan, dan Resiko dalam
Kehidupan Modern.
Berbicara tentang masalah alam fikiran dan
realitas hidup masyarakat, pergaulan dalam hidup selalu dipenuhi oleh konflik
baik sesama orang islam dengan non-islam. Di bidang sosial banyak muncul
masalah. Berbagai tindakan kriminal sering terjadi dan pelanggaran terhadap
norma – norma bisa dilakukan oleh anggota masyarakat, dalam kaitan ini, iman
dan taqwa yang dapat berperan dalam menyelesaikan problema dan tantangan
kehidupan modern tersebut.
b. Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab
Problema dan Tantangan Kehidupan Modern.
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia
sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman
pada kehidupan manusia.
·
Iman
melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda.
Orang
beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuatan Allah. Kepercayaan dan
keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa – dewakan manusia yang kebetulan
sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda –
benda keramat, mengikis kepercayaan pada khufarat, takhayul, jampi – jampi dan
sebagainya.
·
Iman
menanamkan semangat berani menghadapi maut.
Orang
yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian ditangan Allah. Pegangan orang
beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam Q.S ; 4 (al-
Nisa’): 78:
Artinya
: “dimana saja kamu berada, kematian akan mendapat
kamu kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”
·
Iman
menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan.
Banyak
orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan penghidupannya. Kadang –
kadang manusia tidak segan – segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan,
bermuka dua, menjilat, dan memperbudak diri, karena kepentingan materi.
Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah dalam Q.S; 11 (Hud) :
6: Artinya : “Dan tidak ada satu binatang
melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberikan rezekinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis
dalam kitab yang nyata. (lauh mahfuzd)”
·
Iman
memberikan ketentraman jiwa.
dekat
dengan Allah dan rasa tawakal atau penyerahan diri kepada Allah serta iman
kepada qodo dan qadar dapat meringankan pengaruh tekanan berat. Dalam keadaan
seperti ini, orang yang beriman jika di timpa malapetaka, ia akan bersabar dan
memohon rahmat kepada yang memberikan rahmat. Dengan demikian dia yakin bahwa
Allah akan mengabulkan do’anya, meneguhkan hati serta memberikan ketenangan
(Q.S; Al-Ra’du’28).
·
Iman
melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
Iman
memberikan pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa
pamrih, kecuali keridhaan Allah. Orang beriman senantiasa konsekuen dengan apa
yang telah di ikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia
senantiasa berpedoman pada firman Allah.
·
Iman
mewujudkan kehidupan yang baik.
kehidupan
yang baik ialah kehidupan yang selalu melakukan kebaikan dan mengerjakan
perbuatan baik. Dalam hal ini Allah berfirman “ barang siapa yang mengerjakan
amal shaleh, baik laki – laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
akan kami memberikan kepada mereka balasan dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang mereka kerjakan”(Q.S; 16:97)
·
Iman
mencegah penyakit
Akhlak,
tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh
manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan, minum,
berdiri, melihat, berfikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan, seperti
gerak jantung, proses pencernaan, dan peredaran darah, hal ini tidak lebih dari
serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh, Dalam hal ini
iman mampu mengatur dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku dan kehidupan
manusia, ia bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi
menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan prolaku hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar